Dalam 24 jam ke depan, ada dua kemungkinan yang akan menimpaku untuk empat tahun lamanya. Tuhan telah mencatatkan namaku dalam sebuah bintang—entah itu bintang yang bersinar atau bintang yang meredup, aku tidak tahu.
42 hari sebelumnya...
Kamar tempatku merebahkan isi kepala terletak di ujung barat rumah. Bersamaan dengan tenggelamnya matahari, aku tersenyum penuh harap menanti datangnya senja. Namun pada hari itu, Tuhan tidak melukis langitku dengan warna jingga yang hangat. Langitku terlukis dengan warna hitam yang teramat kelam, sehitam awan yang menangisi kepergian matahari.
Kejadian 42 hari yang lalu itu tertulis dalam buku kehidupanku. Dalam 24 jam ke depan, buku kehidupan seperti apakah yang akan kubaca? Buku yang akhir ceritanya sama buruknya atau buku yang berakhir bahagia? Entahlah, aku tidak tahu menahu atas pengetahuan yang diketahui oleh Sang Maha Tahu.
Dalam 24 jam ke depan, takdirku bersembunyi di dalam sebuah pistol—pelatuk itu akan ditarik dan ditembakkan ke arahku.
Dalam 24 jam ke depan, mungkin aku akan selamat dari mara bahaya.
Dalam 24 jam ke depan, mungkin aku akan terluka secara mengenaskan.
Dalam 24 jam ke depan, ada dua kemungkinan yang akan menimpaku: hidup atau mati.
Jul '24
Komentar
Posting Komentar