Langsung ke konten utama

Tamatnya Kepahitan (dengan Tari)

Kuterdiam menatap refleksiku di depan cermin
Riasan terpampang menutupi wajah sendu yang tak ingin kuperlihatkan pada siapa pun
Namun, air mata mengalir mengacak cantikku
Ada pikiran buruk yang menghapus riasan itu secara paksa

Aku hanya diam, tapi mengapa pikiran itu mengganggu?
Tahukah ia betapa sulitnya aku merias diriku sendiri?
Tahukah ia betapa bencinya aku memalsukan wajah senduku?
Aku sedang berusaha memulihkan luka lama, tapi pikiran itu datang memberi luka baru

Aku lelah berjuang sendiri
Aku lelah akan keadaan yang enggan berdamaian ini
Namun bateraiku habis tak menyisakan energi
Kuakui, aku kalah

Epilog

Pandanganku terjaga di tengah malam yang sunyi
Pikiranku berjalan membayangkan apa yang baru saja terjadi
Lihat, betapa hebatnya diri ini
Terus berlari dengan merdunya bisikan yang selalu menghantui

Cukup sudah kuberadu dengan pikiranku
Inginku hantam semua pikiran ini agar segera musnah
Anganku sudah kehilangan kendali dari lintasannya
Waktunya 'tuk menyelesaikan masalah

Oh, lihat itu! Tempat peristirahatan yang elok
Rel bebatuan tersebut kuhampiri dan kududuki
Sepertinya yang cepat akan datang tersentak
Mari kita tamatkan pahitnya cerita ini

Mar '21

Komentar